Infolamongan.id – Suasana di Aula Kadet Soewoko, Makodim 0812 Lamongan, Sabtu (15/11/2025) pagi, terasa begitu khidmat. Sebanyak 84 Guru Aparatur Sipil Negara (ASN) dari berbagai sekolah dasar dan menengah pertama di Kabupaten Lamongan duduk rapi, menyimak setiap kata yang diucapkan oleh seorang tokoh kunci di balik gelaran Retret Bela Negara ini. Dialah Angga Rahadian Tirtawijaya, Ketua Umum Forum Kader Bela Negara (FKBN), yang hadir secara khusus untuk membuka dan memberikan motivasi dalam acara bertema “Membangun Peran dan Kesadaran Bela Negara Untuk Indonesia Emas”.
Kehadiran Angga, yang kerap disapa Bung Angga, bukan sekadar formalitas. Kedatangannya sebagai tamu undangan utama menegaskan level pentingnya acara yang digelar selama dua hari (15-16 November 2025) ini. Sebelum menyampaikan sambutan, dengan penuh semangat, Angga secara simbolis memasangkan ID Card kepada perwakilan peserta. Sebuah gestur sederhana yang sarat makna, menandai dimulainya transformasi 84 guru ini dari pengajar biasa menjadi kader aktif bela negara yang siap ditugaskan di garda terdepan dunia pendidikan.
“Pemasangan ID Card ini bukan sekadar tanda pengenal. Ini adalah simbol komitmen, tanggung jawab, dan sebuah amanah,” ujar Angga dalam sambutannya yang penuh gelora, mengawali retret yang merupakan buah kerjasama solid antara Kodim 0812 Lamongan dan FKBN. “Hari ini, Bapak dan Ibu Guru bukan hanya bertugas mengajar Matematika atau IPA. Mulai saat ini, Bapak dan Ibu adalah duta-duta bela negara yang bertugas mencetak generasi Indonesia Emas 2045 yang berkarakter, cinta tanah air, dan tangguh menghadapi segala bentuk ancaman bangsa.”

Retret, Bukan Sekadar Pelatihan Biasa
Angga menekankan, kegiatan ini sengaja dinamakan retret, yang berarti menyendiri untuk perenungan, bukan sekadar pelatihan atau diklat biasa. Hal ini, menurutnya, sejalan dengan filosofi FKBN dalam membangun kader.
“Kami di FKBN percaya bahwa membangun kesadaran bela negara harus dimulai dari pembenahan jiwa dan pola pikir. Ini adalah proses inner transformation,” papar Angga yang visi kepemimpinannya dikenal luas dalam menggalakkan gerakan bela negara di kalangan masyarakat sipil. “Kita akan menyepi sejenak dari rutinitas, merenungkan kembali sejauh mana kontribusi kita untuk bangsa, dan mengisi ulang semangat kebangsaan kita. Baru setelah jiwa ini kuat, kita isi dengan keterampilan dan pengetahuan yang aplikatif.”
Retret ini, lanjutnya, dirancang khusus untuk mengasah ulang jiwa, semangat, dan pemahaman para guru yang merupakan ujung tombak pembentukan generasi penerus. Di tangan merekalah, masa depan Indonesia dititipkan.
Guru sebagai Benteng Pertahanan Nasional di Era Modern
Dalam pandangan Angga Rahadian Tirtawijaya, konsep bela negara di abad ke-21 telah mengalami evolusi yang signifimecan. Ancaman terhadap kedaulatan negara tidak lagi hanya berupa agresi militer, tetapi lebih pada perang asimetris: perang siber, proxy war, infiltrasi ideologi, radikalisme, hingga degradasi moral melalui budaya asing yang tidak sesuai dengan jati diri bangsa.
“Dalam konteks inilah, peran guru menjadi sangat sentral dan strategis. Guru adalah benteng pertahanan nasional yang paling depan di garis belakang,” tegasnya. “Merekalah yang setiap hari berinteraksi dengan calon-calon pemimpin masa depan. Sebuah pesan radikal yang masuk ke pikiran anak didik lebih berbahaya daripada peluru. Sebaliknya, sebuah nilai pancasila yang ditanamkan dengan keteladanan, lebih kuat dari pada tank baja.”
Angga mendorong para peserta untuk memaknai setiap materi dalam retret, mulai dari Wawasan Kebangsaan, Kepemimpinan, hingga Bahaya Narkoba, bukan sebagai teori semata. Ia menekankan pentingnya mindset sebagai pelaku aktif bela negara.
“Setelah ini, Bapak dan Ibu harus menjadi agen of change. Tularkan semangat ini ke rekan sejawat, ke siswa, dan ke masyarakat sekitar. Implementasi bela negara seorang guru bisa sederhana: menjadi guru yang jujur, adil, tidak melakukan perundungan, menolak pungutan liar, melaporkan jika ada indikasi narkoba di sekolah, dan yang terpenting, menjadi teladan yang hidup akan nilai-nilai Pancasila,” pesannya.
Sinergi TNI dan Sipil untuk Ketahanan Bangsa
Kehadiran Angga di acara yang digelar Kodim 0812 ini juga mempertegas komitmen sinergi yang erat antara TNI dan komponen masyarakat sipil, dalam hal ini FKBN, untuk bersama-sama membangun ketahanan bangsa.
“Kodim 0812 Lamongan, di bawah pimpinan Dandim yang luar biasa, telah menjadi mitra strategis FKBN. Ini adalah bentuk new paradigm di mana pertahanan negara dibangun dari seluruh komponen bangsa, tidak hanya oleh TNI. Comprehensive approach inilah kunci kekuatan kita,” jelas Angga.
Ia menambahkan, guru-guru yang telah mengikuti retret ini nantinya akan menjadi bagian dari jejaring Kader Bela Negara FKBN di Lamongan. Mereka tidak akan dibiarkan berjalan sendiri, tetapi akan didampingi dan difasilitasi untuk melaksanakan program-program tindak lanjut di sekolah masing-masing.
“Mereka akan kita bekali dengan modul-modul pembelajaran yang terintegrasi dengan nilai bela negara, kita undang dalam forum-forum diskusi, dan kita bimbing untuk menjadi trainer bagi guru-guru lainnya. Ini baru awal dari sebuah gerakan panjang,” ucap Angga penuh keyakinan.
Semangat yang Menggelora dan Harapan untuk Indonesia Emas
Penutupan sambutan Angga Rahadian Tirtawijaya diwarnai dengan tepuk tangan meriah dari 84 guru peserta. Wajah-wajah mereka tampak berbinar, mendengar penjelasan visioner dari Ketua Umum FKBN tersebut. Pesan yang disampaikan Angga bukan menakut-nakuti dengan ancaman, tetapi justru membangkitkan optimisme dan rasa bangga akan peran strategis yang mereka emban.
Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi pemasangan ID Card secara simbolis oleh Angga kepada enam perwakilan guru, yang disambut dengan rasa hormat dan kebanggaan. Momen itu menjadi simbol penyerahan mandat sekaligus pengakuan resmi terhadap peran baru mereka.
Dengan dimulainya retret ini dibuka secara resmi oleh Angga Rahadian Tirtawijaya, sebuah babak baru dalam penguatan karakter bangsa di Lamongan dimulai. Ke-84 guru tersebut tidak lagi hanya melihat diri mereka sebagai pengajar mata pelajaran, tetapi sebagai nation builder, pejuang-pejuang intelektual yang siap membentuk masa depan Indonesia.
Melalui tangan dingin dan kepemimpinan visioner Angga, FKBN terus memperkuat jaringannya, membuktikan bahwa upaya bela negara adalah tanggung jawab bersama, dan guru adalah aset terpenting yang dimiliki bangsa untuk mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045 yang berdaulat, maju, dan berakhlak mulia.









