Infolamongan.id – Kabar gembira bagi masyarakat Lamongan, khususnya para ibu rumah tangga dan pelaku usaha kuliner. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Lamongan melaporkan bahwa harga dan pasokan bahan pokok (bapok) pada minggu pertama bulan Oktober 2025 menunjukkan kondisi yang sangat stabil. Stabilitas ini terpantau di sejumlah pasar tradisional utama, seperti Pasar Sidoharjo, Pasar Babat, dan Pasar Blimbing, di mana sejumlah komoditas kunci bahkan dijual pada harga eceran tertinggi (HET) yang telah ditetapkan.
Kondisi ini merupakan indikator positif bagi perekonomian daerah, yang mencerminkan kelancaran distribusi, ketersediaan stok yang memadai, dan efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh pemerintah. Dalam situasi perekonomian global yang fluktuatif, kemampuan menjaga stabilitas harga bapok di tingkat lokal menjadi prestasi yang patut diapresiasi.
Rincian Harga Komoditas: Tren Stabil dan Penurunan Signifikan
Berdasarkan pantauan lapangan yang dilakukan oleh tim Disperindag Lamongan, berikut adalah rincian harga beberapa komoditas bahan pokok per kilogram-nya pada awal Oktober 2025:
-
Beras: Beras IR 64 kualitas premium dijual seharga Rp 15.000, sedangkan kualitas medium seharga Rp 13.000.
-
Telur: Telur ayam ras stabil di harga Rp 30.000.
-
Gula: Gula pasir dalam negeri dibanderol Rp 17.500.
-
Cabai: Terjadi penurunan harga yang signifikan untuk komoditas cabai. Cabai keriting dan cabai merah besar masing-masing turun Rp 7.000 dari harga sebelumnya, kini dijual seharga Rp 40.000 per kilogram.
-
Bawang: Bawang merah mengalami penurunan sebesar Rp 2.000, menjadi Rp 30.000 per kilogram. Sementara itu, bawang putih stabil di harga Rp 30.000.
-
Minyak Goreng: Minyak goreng kemasan merek “Minyak Kita” tetap terjangkau di harga Rp 21.000 per botol.
-
Daging: Daging sapi murni bertahan di level Rp 120.000, dan daging ayam broiler dijual seharga Rp 38.000.
Penurunan harga pada komoditas cabai dan bawang merah menjadi angin segar, mengingat kedua bahan ini seringkali menjadi penyumbang inflasi volatile food (bahan makanan yang harganya mudah bergejolak).
Faktor-Faktor Pendukung Stabilitas Harga
Beberapa faktor berperan penting dalam menciptakan kondisi stabil ini. Pertama, faktor pasokan. Musim panen yang baik di sejumlah sentra produksi pertanian dan perkebunan di sekitar Lamongan memastikan aliran barang ke pasar-pasar tradisional berjalan lancar dan dalam volume yang mencukupi. Tidak adanya gangguan signifikan pada rantai pasok (supply chain) logistik juga turut andil dalam menjaga kestabilan.
Kedua, faktor pengawasan dan regulasi pemerintah. Disperindag Lamongan secara proaktif dan rutin melakukan pemantauan harga di berbagai pasar. Keberadaan HET untuk beberapa komoditas, seperti minyak goreng, berperan sebagai “rem” yang mencegah spekulasi dan praktik penimbunan yang dapat mendorong kenaikan harga secara tidak wajar. Operasi Pasar (OP) yang siap dijalankan jika terjadi gejolak juga menjadi instrumen yang efektif untuk meredam kenaikan harga.
Ketiga, faktor permintaan (demand). Daya beli masyarakat yang terjaga dan tidak adanya lonjakan permintaan secara tiba-tiba turut berkontribusi pada kestabilan ini. Kondisi ini menunjukkan bahwa perekonomian masyarakat berjalan dalam tren yang wajar.
Dampak Stabilitas Harga terhadap Perekonomian Masyarakat
Stabilitas harga bahan pokok memiliki dampak yang luas dan langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Bagi rumah tangga, harga yang stabil berarti kepastian dalam pengelolaan anggaran belanja. Ibu-ibu tidak perlu khawatir akan terjadinya lonjakan pengeluaran untuk kebutuhan sehari-hari, sehingga alokasi dana untuk kebutuhan lain seperti pendidikan, kesehatan, dan tabungan dapat lebih terencana.
Bagi pelaku usaha, terutama di sektor mikro seperti warung makan, pedagang kaki lima, dan industri rumahan, stabilitas harga bahan baku sangat krusial. Dengan biaya produksi yang dapat diprediksi, mereka dapat menjalankan usaha dengan lebih stabil dan menghindari kerugian akibat fluktuasi harga yang tajam. Ini pada akhirnya akan menjaga iklim usaha yang sehat dan mendorong pertumbuhan ekonomi di tingkat akar rumput.
Seperti yang ditekankan oleh Disperindag Lamongan, “Kestabilan terus dijaga guna menjaga daya beli masyarakat, sehingga pasar akan tetap tumbuh.” Pernyataan ini menyiratkan komitmen jangka panjang untuk tidak hanya menjaga angka inflasi, tetapi juga memastikan roda perekonomian rakyat terus berputar dengan baik.
Tantangan ke Depan dan Langkah Antisipasi
Meski kondisi saat ini positif, pemerintah tidak boleh berpuas diri. Beberapa tantangan potensial ke depan perlu diwaspadai, seperti anomali cuaca (El Niño/La Niña) yang dapat mengganggu hasil panen, kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang berdampak pada biaya logistik, serta gejolak di pasar global.
Untuk mengantisipasinya, langkah-langkah strategis seperti penguatan sistem logistik pangan, optimalisasi lumbung pangan desa, dan koordinasi yang erat dengan Bulog serta asosiasi pedagang harus terus ditingkatkan. Sistem early warning untuk memantau harga dan stok juga perlu dimaksimalkan agar tindakan intervensi dapat dilakukan secara cepat dan tepat jika diperlukan.
Kesimpulan: Sinergi untuk Ketahanan Pangan Daerah
Stabilitas harga bahan pokok di Lamongan pada awal Oktober 2025 adalah buah dari sinergi yang baik antara petani, distributor, pedagang, dan pemerintah. Kondisi ini merupakan fondasi yang kuat untuk membangun ketahanan pangan daerah yang berkelanjutan.
Masyarakat diharapkan dapat terus bersikap bijak dan tidak terpancing oleh isu-isu yang dapat memicu kepanikan dan gejolak harga. Sementara itu, peran serta aktif semua pihak dalam mendukung program pemerintah dan melaporkan praktik-praktik perdagangan yang tidak sehat akan menjadi kunci untuk mempertahankan stabilitas ini di masa-masa mendatang. Dengan harga yang stabil, kesejahteraan masyarakat Lamongan bukan hanya sebuah harapan, tetapi sebuah keniscayaan yang dapat diwujudkan.