Dari Lamongan ke Pekalongan: Kepedulian Polres Lamongan Memulangkan ARH, Korban Misterius Tangan-Kaki Terikat

Infolamongan.id – Sebuah narita kepedulian dan profesionalisme terangkai dalam tragedi kemanusiaan di Kabupaten Lamongan. Setelah berhasil mengungkap identitas pria yang jenazahnya ditemukan dalam kondisi misterius dengan tangan dan kaki terikat, Polres Lamongan tidak berhenti pada tugas proseduralnya. Pada Rabu pagi (22/10/2025) pukul 08.20 WIB, sebuah ambulans milik RSUD dr. Soegiri Lamongan melaju meninggalkan kota, mengangkut jenazah yang telah teridentifikasi sebagai ARH, warga Pekalongan, Jawa Tengah, untuk dipulangkan ke kampung halamannya. Pemulangan ini difasilitasi sepenuhnya oleh Polres Lamongan, sebuah langkah humanis yang melampaui kewajiban, menyentuh hati banyak pihak.

Inisiatif ini, menurut Kasi Humas Polres Lamongan, Ipda M. Hamzaid, S.Pd., merupakan perwujudan langsung dari perintah Kapolres Lamongan. “Pemulangan dilakukan atas perintah langsung Kapolres Lamongan untuk mengantar jenazah hingga ke rumah duka. Ini merupakan bentuk empati dan kepedulian sosial Polres Lamongan terhadap keluarga korban yang merupakan warga kurang mampu,” jelas Ipda Hamzaid dengan nada yang penuh simpati. Keputusan ini mencerminkan filosofi Polri yang semakin mengedepankan pendekatan humanis, di mana penegakan hukum tidak dilakukan dengan dingin, tetapi dilandasi oleh empati terhadap penderitaan korban dan keluarga yang ditinggalkan.

Mengurai Benang Kusut Identitas Korban

Awalnya, jenazah pria yang ditemukan di parit tepi Jalan Nasional Lamongan–Babat, Dusun Sumlawang, Desa Surabayan, Kecamatan Sukodadi, pada Selasa (21/10) itu hanyalah sebuah misteri. Kondisinya yang mengenaskan—tangan dan kaki terikat, wajah tertutup kain kuning—mengguncang warga setempat dan memicu berbagai spekulasi. Tim penyidik Polres Lamongan kemudian bekerja cepat. Proses identifikasi intensif dilakukan, kemungkinan besar melalui pencocokan sidik jari atau data dentifikasi lainnya, yang pada akhirnya membuahkan hasil.

“Benar, dari hasil identifikasi menunjukkan bahwa korban berinisial ARH merupakan warga Pekalongan, Jawa Tengah,” ungkap Ipda Hamzaid, mengonfirmasi terungkapnya teka-teki pertama dalam kasus ini. Identitas ini menjadi kunci utama untuk melacak jejak kehidupan korban sekaligus menghubungkan keluarga yang mungkin telah cemas mencari kepergiannya.

Fasilitas Penuh: Mengangkat Beban Keluarga yang Tertimpa Musibah

Yang membuat langkah Polres Lamongan ini istimewa adalah komitmen mereka untuk menanggung seluruh proses pemulangan. Ipda Hamzaid menegaskan, “Dikarenakan keterbatasan ekonomi dari keluarga korban, maka dari itu Polres Lamongan berinisiatif memberikan fasilitas penung dalam proses mulai dari pemulasaraan korban di rumah sakit, proses pengantaran jenazah korban dari Lamongan hingga ke Pekalongan sampai dengan pemakaman jenazah.”

Bantuan ini memiliki makna yang sangat dalam. Bagi keluarga dengan keterbatasan ekonomi, biaya untuk memulasara jenazah, menyewa kendaraan pengantar, dan biaya pemakaman bisa menjadi beban finansial yang sangat berat, yang datang di atas duka yang sudah mereka tanggung. Dengan menanggung semua ini, Polres Lamongan tidak hanya memulangkan jenazah, tetapi juga meringankan beban psikologis dan ekonomi keluarga ARH di saat mereka paling lemah. Tindakan ini adalah wujud nyata dari “Bhayangkara yang Pro-Rakyat”, di mana pelayanan dan perlindungan kepada masyarakat, terutama yang lemah, ditempatkan di atas segalanya.

Barang Bukti dan Jejak yang Masih Diselidiki

Sementara proses pemulangan berjalan dengan penuh khidmat, roda penyidikan terus berputar. Dari TKP, polisi berhasil mengamankan sejumlah barang yang diduga kuat milik korban. Barang-barang ini bukan hanya benda mati, tetapi mungkin menyimpan petunjuk penting tentang perjalanan hidup ARH dan peristiwa yang menimpanya.

Barang bukti yang diamankan antara lain:

  • Topi dan Jaket: Melindungi dari cuaca, menunjukkan kemungkinan korban sedang dalam perjalanan.

  • Sandal: Barang sederhana yang mungkin mengindikasikan kondisi ekonomi atau gaya hidup.

  • Alat Musik Ukulele: Barang ini adalah petunjuk yang sangat signifikan. Ia bisa mengisyaratkan bahwa ARH adalah seorang musisi jalanan, penggemar musik, atau seseorang yang menggunakan musik sebagai teman dalam pengembaraannya. Profil ini dapat membantu polisi melacak latar belakang dan lingkungan pergaulannya.

  • Gelang: Mungkin memiliki nilai sentimental atau menjadi penanda identitas tertentu.

  • Tas Biru Berisi Pakaian: Menunjukkan bahwa korban membawa bekal untuk perjalanan yang mungkin cukup jauh.

Kombinasi barang-barang ini, terutama ukulele, melukiskan gambaran seorang individu yang mungkin hidup secara mandiri atau dalam perjalanan, menambahkan dimensi personal pada tragedi ini.

Autopsi: Menanti Kepastian di Balik Kematian Misterius

Penyebab kematian ARH hingga saat ini masih menjadi misteri yang tengah diurai. Ipda Hamzaid menyatakan bahwa pihak kepolisian masih mendalami penyebab pasti kematian dan menunggu hasil autopsi dari Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) Polda Jawa Timur.

Autopsi forensik ini sangat krusial. Ia akan menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar: Apakah ARH meninggal karena kekerasan tumpul, tajam, atau senjata api? Apakah ada tanda-tanda keracunan? Apakah ada penyakit penyerta yang memperparah kondisinya? Hasil autopsi akan menjadi penuntun utama bagi penyidik untuk menentukan arah penyelidikan, apakah ini kasus pembunuhan dengan motif tertentu, perampokan, atau kemungkinan lainnya. “Polisi masih terus menyelidiki penyebab kematian korban dan mengumpulkan bukti-bukti pendukung agar kasus ini segera terungkap,” tutup Ipda Hamzaid, menegaskan komitmen untuk mengusik tuntas kasus ini.

Sebuah Refleksi: Di Balik Seragam, Ada Hati yang Peduli

Kisah pemulangan jenazah ARH oleh Polres Lamongan ini adalah sebuah cahaya di tengah berita-berita kriminal yang seringkali suram. Ia mengingatkan kita bahwa di balik seragam dan wewenangnya, aparat kepolisian juga terdiri dari individu-individu yang memiliki empati dan rasa kemanusiaan.

Tindakan mereka tidak hanya menyelesaikan separuh tugas—dengan mengungkap identitas—tetapi juga memastikan bahwa korban, yang mungkin telah mengalami ketidakadilan di akhir hayatnya, mendapatkan perlakuan yang layak dan terhormat untuk perjalanan terakhirnya. Ini adalah pelajaran tentang integritas dan komitmen untuk melayani, yang patut diapresiasi. Sementara penyelidikan untuk mengungkap kebenaran di balik kematian ARH terus berlanjut, langkah humanis Polres Lamongan ini telah memberikan sedikit kelegaan dan pelajaran berharga tentang makna sesungguhnya dari pengabdian kepada masyarakat

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *