Infolamongan.id – Upaya nyata TNI dalam mengatasi kesulitan air bersih di pelosok negeri kembali diwujudkan. Serka Agus Siswandi, Bintara Pembina Desa (Babinsa) dari Koramil 0812/25 Sarirejo, dengan penuh dedikasi melaksanakan pendampingan intensif terhadap Tim TNI Manunggal Air dalam kegiatan survei pencarian titik sumber air di Desa Kedungkumpul, Kecamatan Sarirejo, Kabupaten Lamongan. Kegiatan ini merupakan langkah krusial dari program TNI Manunggal Air, sebuah inisiatif strategis yang dirancang untuk menjawab tantangan ketersediaan air bersih yang kerap melanda berbagai wilayah, khususnya di musim kemarau yang panjang.
Dalam pelaksanaannya, Tim Survei yang terdiri dari para ahli geologi dan teknis dari jajaran TNI ini tidak bekerja sendiri. Mereka didampingi secara langsung oleh Serka Agus Siswandi, yang bertindak sebagai penghubung vital antara tim teknis dan masyarakat. Sinergi yang erat juga terjalin dengan Perangkat Desa Kedungkumpul, yang kehadirannya sangat krusial dalam memberikan data dan informasi akurat mengenai kondisi geografis, riwayat kesulitan air, serta lokasi-lokasi potensial yang telah dikenal secara turun-temurun oleh warga setempat.
“Pendampingan ini adalah wujud nyata komitmen TNI, khususnya Babinsa, untuk selalu hadir di tengah kesulitan rakyat. Kami membantu memfasilitasi dan memastikan Tim TNI Manunggal Air dapat bekerja dengan lancar dan mendapatkan titik sumber air yang paling optimal untuk kepentingan warga Desa Kedungkumpul,” tegas Serka Agus Siswandi di sela-sela kegiatan survei.
Dampak Sosial dan Ekonomi Keterbatasan Air Bersih
Untuk memahami betapa vitalnya program ini, penting untuk melihat dampak multidimensi dari krisis air bersih di Desa Kedungkumpul. Selama ini, masyarakat, yang mayoritas berprofesi sebagai petani dan buruh tani, harus menghadapi beban ganda di musim kemarau. Selain gagal panen akibat kekeringan, mereka juga harus berjuang memenuhi kebutuhan air minum, masak, dan mandi.
Ibu Siti (45), salah satu warga, bercerita tentang betapa sulitnya kehidupan sehari-hari. “Kalau kemarau, sumur-sumur penduduk surut. Kami harus beli air tanggan atau mengambil dari sumber yang jauh, yang belum tentu kebersihannya. Biayanya mahal dan tenaga yang dikeluarkan juga tidak sedikit. Waktu yang seharusnya bisa untuk bekerja atau mengasuh anak, terkuras untuk antri dan mengangkut air,” keluhnya. Kisah Ibu Siti mewakili ratusan kepala keluarga lainnya yang menghadapi problematika serupa.
Keterbatasan air bersih tidak hanya berdampak pada sektor domestik, tetapi juga menghambat potensi ekonomi desa. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) lokal, seperti pembuatan tempe dan kerupuk, yang membutuhkan pasokan air stabil, seringkali terpaksa menghentikan produksi. Dampak berantainya adalah penurunan pendapatan keluarga dan melemahnya perekonomian desa secara keseluruhan. Oleh karena itu, kehadiran program TNI Manunggal Air ini diharapkan dapat menjadi solusi permanen yang memutus mata rantai kesulitan ini.
Metode Ilmiah dan Kearifan Lokal dalam Satu Kesatuan
Kegiatan survei yang dilakukan Tim TNI Manunggal Air bukanlah pekerjaan sederhana. Mereka menggunakan peralatan teknis mutakhir dan metode ilmiah untuk memetakan kondisi akuifer (lapisan pembawa air) di dalam tanah. Beberapa teknologi yang diterapkan antara lain adalah geolistrik, yang berfungsi untuk mengukur resistivitas (tahanan jenis) batuan di bawah permukaan. Lapisan batuan yang mengandung air biasanya memiliki nilai resistivitas yang khas, sehingga dapat diidentifikasi.
Selain itu, tim juga melakukan analisis geologi untuk memahami struktur dan jenis batuan di wilayah Desa Kedungkumpul. Pendekatan saintifik ini sangat penting untuk meminimalisir risiko kegagalan pengeboran, yang notabene memakan biaya yang tidak sedikit. “Kami tidak bisa bekerja hanya berdasarkan perkiraan. Data dari alat ini memberi kami keyakinan untuk menentukan titik pengeboran yang paling menjanjikan, dengan kedalaman dan potensi debit air yang memadai,” jelas seorang anggota tim teknis yang enggan disebutkan namanya.
Namun, pendekatan teknis saja tidak cukup. Di sinilah peran Babinsa dan Perangkat Desa menjadi penentu. Mereka membawa kearifan lokal ke dalam proses ini. Pengetahuan warga tentang mata air kecil yang pernah ada, pola aliran air saat hujan, atau jenis vegetasi tertentu yang biasanya tumbuh di atas sumber air, menjadi data empiris yang sangat berharga. Kolaborasi antara teknologi modern dan pengetahuan lokal inilah yang memperkuat akurasi survei dan meningkatkan peluang keberhasilan program.
Apresiasi dan Harapan dari Pemerintah Desa
Kepala Desa Kedungkumpul, Sunarti, yang hadir langsung mendampingi proses survei, tidak bisa menyembunyikan rasa syukur dan apresiasinya. “Kami mewakili seluruh warga Desa Kedungkumpul mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada TNI, khususnya Koramil Sarirejo dan Tim Manunggal Air. Selama bertahun-tahun, masalah air ini seperti mimpi buruk yang berulang. Kehadiran Bapak-Bapak TNI memberikan harapan baru bagi kami,” ujarnya dengan penuh haru.
Ia melanjutkan, “Kami berharap, setelah survei yang teliti ini, titik sumber air yang ditemukan dapat segera ditindaklanjuti dengan pembangunan sarana dan prasarana air bersih. Baik itu berupa pengeboran sumur dalam, pembangunan menara penampung, atau jaringan distribusi ke rumah-rumah warga. Pemerintah Desa siap mendukung penuh dan memastikan bahwa nantinya fasilitas ini dapat dikelola dan dipelihara dengan baik oleh masyarakat.”
Program TNI Manunggal Air: Lebih dari Sekadar Membangun Sumur
Program TNI Manunggal Air harus dipandang sebagai sebuah program yang strategis dan berdampak luas. Ini bukan sekadar proyek pembangunan fisik sumur, melainkan sebuah investasi dalam ketahanan masyarakat (community resilience), peningkatan kualitas hidup (quality of life), dan penguatan ketahanan nasional (national resilience) dari tingkat akar rumput.
Ketika akses air bersih terpenuhi, dampak positifnya langsung terasa:
-
Kesehatan Masyarakat Meningkat: Kasus penyakit yang ditularkan melalui air (water-borne diseases) seperti diare dan tipus akan menurun drastis.
-
Produktivitas Ekonomi Meningkat: Warga tidak perlu lagi menghabiskan waktu dan biaya untuk mencari air. Waktu dan tenaga tersebut dapat dialihkan untuk kegiatan produktif yang meningkatkan pendapatan keluarga.
-
Pendidikan Anak Terjaga: Anak-anak, terutama perempuan, yang seringkali ditugaskan mengangkut air, dapat memiliki lebih banyak waktu untuk belajar dan beristirahat.
-
Kohesi Sosial Menguat: Konflik antarwarga yang mungkin timbul akibat memperebutkan sumber air dapat dihindari.
Dengan pendampingan penuh dari Babinsa seperti Serka Agus Siswandi dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat serta pemerintah desa, program TNI Manunggal Air di Desa Kedungkumpul diharapkan tidak hanya berhasil menemukan sumber air, tetapi juga menjadi contoh nyata bagaimana sinergi antara TNI dan rakyat dapat membawa kemandirian dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Langkah yang dilakukan di sebuah desa kecil di Lamongan ini adalah bukti bahwa TNI tetap setia pada semboyannya: Berkorban untuk Rakyat, Menjaga Kedaulatan Tanah Air. (Pendim0812).