Tiga Pilar Plus Satu”: Kolaborasi Koramil Laren, Polri, Pemkec, dan Pelajar Perbaiki Jalan Poros Gampangsejati

Infolamongan.id – Semangat gotong royong yang menjadi jiwa bangsa Indonesia kembali menyala dengan terang di Desa Gampangsejati, Kecamatan Laren. Memimpin langsung aksi nyata, Pelda Suhadi Prayitno bersama enam personel Babinsa Koramil 0812/19 Laren menggerakkan karya bakti massal untuk memperbaiki jalan poros desa yang rusak parah, berlubang, dan becek. Aksi ini menjadi bukti hidup dan bernafasnya konsep kemanunggalan TNI dengan rakyat, yang tidak hanya diwacanakan tetapi diwujudkan dalam aksi nyata di lapangan.

Keunikan dari karya bakti ini tidak hanya terletak pada kehadiran TNI, tetapi pada komposisi lengkap para pesertanya. Aksi ini merupakan gambaran sempurna sinergi yang melibatkan jajaran TNI, Polsek Laren, Pemerintah Kecamatan (Pemkec) Laren beserta staf, serta partisipasi istimewa dari para pelajar SMP Negeri 1 Laren. Warga Desa Gampangsejati sendiri membanjiri lokasi, menunjukkan tingginya rasa kepedulian dan kebutuhan untuk segera mengatasi masalah jalan tersebut.

Latar Belakang: Jalan Poros yang Berubah Menjadi “Kolam Renang” Dadakan

Jalan poros Desa Gampangsejati merupakan urat nadi transportasi yang menghubungkan aktivitas ekonomi, sosial, dan pendidikan warga. Namun, selama ini, kondisi jalan tersebut memprihatinkan. Permukaannya rusak, dipenuhi lubang-lubang besar dan kecil yang menjadi ancaman serupa jebakan, terutama bagi pengendara sepeda motor dan pejalan kaki.

Masalah ini semakin menjadi-jelang ketika musim hujan tiba. Lubang-lubang tersebut terisi air dan berubah menjadi genangan lumpur yang dalam dan lebar. Pelda Suhadi Prayitno, dengan bahasa yang gamblang, menggambarkan kondisi tersebut, “Lubang-lubang dan becek bisa jadi ‘kolam renang’ dadakan yang tidak terencana.” Kondisi ini tidak hanya mengganggu kenyamanan, tetapi juga membahayakan keselamatan, menghambat distribusi barang, dan memperlambat mobilitas warga, termasuk para pelajar yang berangkat ke sekolah.

Inisiatif dan Pelaksanaan: Turun Gunung Bersama Mengatasi Masalah

Melihat kondisi yang sudah pada tahap mengkhawatirkan tersebut, Koramil 0812/19 Laren memutuskan untuk tidak tinggal diam. Mereka menjadi motor penggerak yang menggalang kekuatan bersama. “Maka dari itu, kami ajak semua pihak untuk turun gunung. Kami menguruk lubang-lubang tersebut dengan material padel agar jalan kembali mulus dan aman dilewati,” ujar Pelda Suhadi Prayitno dengan penuh semangat.

Proses perbaikan difokuskan pada titik-titik yang paling parah. Dengan menggunakan material padel (bahan material seperti batu dan pasir), para relawan dari berbagai unsur ini bahu-membahu menimbun dan meratakan setiap lubang. Suasana di lokasi berlangsung meriah dan penuh kekompakan. Teriakan saling menyemangati, canda tawa, dan keringat yang bercucuran menjadi pemandangan yang menghangatkan, mengubah kerja keras menjadi sebuah kegiatan sosial yang membangun kebersamaan.

Sinergi “Tiga Pilar Plus Satu”: Sebuah Model Kolaborasi yang Ideal

Yang membuat karya bakti ini menjadi contoh nasional adalah komposisi pelakunya. Camat Laren, Syukur S.Pd., M.Pd., dalam sambutannya mendefinisikan kolaborasi ini dengan istilah yang sangat tepat, yaitu “Tiga Pilar Plus Satu”.

  1. Pilar Pertama: TNI (Koramil dan Babinsa). Mereka berperan sebagai inisiator, penggerak, dan tenaga inti. Kehadiran Babinsa di garis depan memperkuat fungsi mereka sebagai bagian dari masyarakat yang siap turun tangan menyelesaikan masalah.

  2. Pilar Kedua: Polri (Polsek Laren). Kehadiran personil kepolisian menunjukkan sinergi TNI-Polri yang nyata di tingkat akar rumput. Mereka tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga aktif berkontribusi tenaga.

  3. Pilar Ketiga: Pemerintah Kecamatan. Kehadiran Camat Laren beserta stafnya menunjukkan dukungan politik dan birokrasi yang solid. Ini adalah bentuk pemerintahan yang melayani dengan turun langsung, bukan hanya dari balik meja.

  4. “Plus Satu”: Para Pelajar SMP Negeri 1 Laren. Partisipasi mereka adalah nilai tambah yang sangat berharga. Ini adalah pendidikan karakter yang paling efektif. Di sini, mereka belajar arti kepedulian, kebersamaan, tanggung jawab sosial, dan gotong royong secara langsung.

“Kegiatan ini adalah contoh terbaik sinergi Tiga Pilar… bahkan sekarang jadi ‘Tiga Pilar Plus Satu’ karena ada partisipasi pelajar,” tegas Camat Syukur, mengapresiasi inisiatif Koramil.

Dampak dan Makna: Lebih Dari Sekadar Perbaikan Fisik

Dampak langsung dari aksi ini tentu saja adalah perbaikan fisik jalan. Mobil, sepeda motor, dan para pejalan kaki kini dapat melintas dengan lebih lancar dan aman. Aktivitas ekonomi warga, seperti pengiriman hasil bumi dan akses ke pasar, menjadi tidak lagi terhambat. Bagi para pelajar, perjalanan ke sekolah menjadi lebih nyaman dan yang terpenting, lebih aman.

Namun, dampak yang lebih dalam dan bersifat jangka panjang adalah pada aspek sosial. Karya bakti ini berhasil mempererat ikatan kekeluargaan dan rasa memiliki bersama di antara semua unsur masyarakat. TNI dan Polri tidak lagi dilihat sebagai sosok yang jauh dan menakutkan, tetapi sebagai bagian dari keluarga besar yang siap membantu. Pemerintah juga dirasakan kehadirannya secara nyata. Sementara itu, para pelajar menanamkan dalam diri mereka memori dan nilai-nilai luhur yang akan membentuk mereka menjadi generasi penerus yang peduli terhadap lingkungan dan masyarakatnya.

Kesimpulan: Sebuah Teladan untuk Pembangunan Partisipatif

Aksi karya bakti perbaikan jalan di Desa Gampangsejati ini adalah sebuah cerita sukses yang patut disebarluaskan. Ia membuktikan bahwa banyak permasalahan di tingkat akar rumput dapat diselesaikan dengan efektif ketika semua pihak bersinergi dengan semangat gotong royong.

Koramil 0812/19 Laren, dengan inisiatifnya, telah menunjukkan kepemimpinan yang visioner. Mereka tidak hanya memikirkan aspek pertahanan dan keamanan semata, tetapi juga kesejahteraan dan keselamatan masyarakat di wilayah binaannya. Model “Tiga Pilar Plus Satu” ini seharusnya menjadi blueprint bagi daerah-daerah lain di Indonesia untuk menyelesaikan berbagai permasalahan infrastruktur skala lokal, membangun tidak hanya dengan beton dan aspal, tetapi juga dengan semangat kebersamaan dan kepedulian yang kokoh.

Pos terkait

Baca juga

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *