Infolamongan.id – Di tengah tantangan ketahanan pangan global, Kabupaten Lamongan menampilkan sebuah model pembangunan pertanian yang inspiratif dan terintegrasi. Berada di Desa Jotosanur, Kecamatan Tikung, Kampung Pandu Sakti hadir bukan hanya sebagai proyek pertanian biasa, melainkan sebagai bukti nyata kekuatan kolaborasi seluruh elemen pemerintahan daerah. Sebuah lahan seluas 10,5 hektar yang dikelola secara sinergis oleh Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Lamongan ini berhasil menjadi episentrum inovasi dan produktivitas, mendukung percepatan program prioritas nasional: swasembada pangan.
Keberhasilan Kampung Pandu Sakti menarik perhatian pusat, ditandai dengan kunjungan kerja dan peninjauan lapangan oleh Tim Ahli Utama (TAU) Kedeputian I Kantor Staf Presiden bersama Kodam V/Brawijaya pada Rabu (22/10). Kunjungan ini bukan sekadar formalitas, melainkan pengakuan atas sebuah model yang diyakini dapat direplikasi untuk mendukung visi pemerintahan nasional.
Filosofi Kolaborasi: Forkopimda sebagai Motor Penggerak
Apa yang membuat Kampung Pandu Sakti istimewa adalah fondasi kolaborasinya. Inisiatif ini digerakkan secara bersama-sama oleh Forkopimda Kabupaten Lamongan, yang terdiri dari Pemerintah Daerah (dipimpin Bupati), DPRD, dan TNI-Polri (dalam hal ini Kodim dan Polres). Keterlibatan TNI, khususnya, membawa nilai tambah yang signifikan, tidak hanya dari sisi disiplin dan manajemen logistik, tetapi juga dalam pemberdayaan masyarakat melalui program yang terstruktur.
Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi, yang akrab disapa Pak Yes, menegaskan hal ini. “Kampung Pandu Sakti adalah keterpaduan Forkopimda Lamongan dalam mewujudkan swasembada pangan di Lamongan,” tuturnya saat menerima tamu dari Kantor Staf Presiden. Pernyataan ini menegaskan bahwa pembangunan yang berkelanjutan memerlukan kekuatan kolektif, di mana setiap institusi memberikan kontribusi sesuai dengan kapasitas dan kewenangannya. Pemerintah Daerah menyediakan kebijakan dan pendampingan, DPRD melakukan pengawasan dan penyediaan anggaran, sementara TNI-Polri memberikan pendekatan kebersamaan dan semangat bela negara dalam konteks ketahanan pangan.
Model Integrasi Pertanian, Peternakan, dan Perikanan yang Simbiosis
Kampung Pandu Sakti tidak menganut sistem monokultur. Sebaliknya, ia mengadopsi pendekatan integrasi yang cerdas dan berkelanjutan. Di atas lahan 10,5 hektar tersebut, tiga sektor utama dikelola secara bersamaan untuk menciptakan sebuah ekosistem yang saling mendukung:
-
Pertanian: Lahan dimanfaatkan untuk budidaya tanaman pangan, dengan komoditas unggulan tentunya adalah padi. Namun, yang membedakan adalah inovasi varietas yang dikembangkan di tempat ini.
-
Peternakan: Kampung ini membudidayakan berbagai jenis ternak, mulai dari ayam petelur, ayam potong, bebek, kambing, sapi, hingga entok. Keberadaan peternakan ini bukanlah unit yang terpisah.
-
Perikanan: Kolam-kolam dibangun untuk budidaya ikan lele dan nila.
Kecerdasan model ini terletak pada hubungan simbiosis mutualisme antar sektor. Limbah dari peternakan, seperti kotoran sapi, kambing, dan unggas, dapat diolah menjadi pupuk organik yang menyuburkan lahan pertanian. Sisa-sisa hasil pertanian dapat dijadikan pakan tambahan untuk ternak. Sementara, air dari kolam ikan yang kaya nutrisi (dari sisa pakan dan kotoran ikan) dapat digunakan untuk mengairi tanaman (sistem akuaponik), menciptakan sebuah siklus yang efisien dan ramah lingkungan.
Inovasi Lokal: Varietas Padi PMJ 01 dan Keberhasilan Panen Tiga Kali Setahun
Mahkota prestasi dari Kampung Pandu Sakti di sektor pertanian adalah keberhasilannya menciptakan dan mengembangkan varietas padi unggulan PMJ 01. Varietas lokal ini memiliki sejumlah keunggulan yang menjawab tantangan pertanian modern, khususnya di daerah dengan keterbatasan air.
Keunggulan Varietas PMJ 01:
-
Musim Tanam Cepat: Memiliki umur yang lebih pendek sehingga mempercepat siklus panen.
-
Produksi Banyak: Potensi hasil panen per hektarnya tinggi.
-
Tidak Banyak Membutuhkan Air: Sebuah keunggulan kritikal di era perubahan iklim di mana ketersediaan air semakin tidak menentu.
Dengan memanfaatkan varietas unggulan ini, Kampung Pandu Sakti membuktikan bahwa intensifikasi pertanian adalah kunci. Mereka berhasil melakukan panen tiga kali dalam setahun, sebuah pencapaian yang luar biasa yang secara signifikan meningkatkan produktivitas lahan dan kontribusi terhadap cadangan pangan daerah.
Strategi Luas Tambah Tanam (LTT): Melipatgandakan Produktivitas di Atas Lahan Terbatas
Bupati Yuhronur Efendi juga memaparkan strategi makro Lamongan dalam mencapai swasembada pangan, salah satunya melalui program Luas Tambah Tanam (LTT). Data yang disampaikan Pak Yes menunjukkan besarnya tantangan dan capaian yang telah diraih.
“Target Luas Tambah Tanam (LTT) nasional untuk Lamongan adalah 193.373 hektar. Sedangkan lahan baku sawah hanya 95.745 hektar,” ujarnya.
Artinya, Lamongan dituntut untuk memproduksi padi seolah-olah memiliki lahan dua kali lipat dari yang ada. Untuk mencapainya, strategi LTT diterapkan, yaitu dengan memanfaatkan satu petak lahan untuk ditanami lebih dari satu kali dalam setahun, persis seperti yang dicontohkan oleh Kampung Pandu Sakti.
“Sehingga capaian LTT mengalami peningkatan 30 persen. Saat ini capaiannya mencapai 63 persen,” tambahnya. Angka ini menunjukkan progres yang solid dalam optimalisasi lahan yang ada, di mana Kampung Pandu Sakti berperan sebagai laboratorium hidup dan percontohan bagi petani lain di Lamongan.
Apresiasi dari Kantor Staf Presiden: Kontribusi Nyata untuk Astra Cita Prabowo
Kunjungan Tim Ahli Utama (TAU) Kedeputian I Kantor Staf Presiden, Heru Kreshna Reza, menjadi penegas bahwa apa yang dilakukan Lamongan sejalan dengan visi pemerintah pusat. Heru menyampaikan apresiasi setinggi-tingginya.

“Apresiasi sebesar-besarnya kepada Kabupaten Lamongan yang telah serius mengelola Kampung Pandu Sakti. Dalam mengelola jangan sampai hanya seremonial, karena kontribusi nyata dari daerah akan mampu wujudkan asta cita Presiden Prabowo,” ungkapnya.
Pernyataan ini sangat strategis. “Asta Cita” Presiden Prabowo Subianto, yang salah satu pilarnya adalah ketahanan pangan dan energi, membutuhkan implementasi nyata di daerah. Keberhasilan Kampung Pandu Sakti dilihat sebagai sebuah kontribusi konkret yang dapat mendorong percepatan pencapaian target nasional.
Lebih lanjut, Heru Kreshna Reza menegaskan nilai keteladanan dari Kampung Pandu Sakti. “Dan seharusnya ini menjadi percontohan daerah lain,” pungkasnya. Ini adalah sebuah rekomendasi yang powerful, yang menempatkan Lamongan sebagai benchmark atau tolok ukur bagi daerah-daerah lain di Indonesia dalam mewujudkan ketahanan pangan berbasis kolaborasi dan inovasi lokal.
Penutup: Dari Lamongan untuk Indonesia
Kampung Pandu Sakti adalah sebuah narasi lengkap tentang bagaimana ketahanan pangan dapat dibangun dari bawah. Ia memadukan kepemimpinan kolektif (Forkopimda), inovasi teknologi (Varietas PMJ 01), pendekatan sistem yang berkelanjutan (integrasi pertanian-ternak-ikan), dan strategi yang cerdas (LTT).
Keberhasilannya tidak hanya diukur dari tonase beras yang dihasilkan, tetapi dari bagaimana model ini menginspirasi dan memberikan dampak pengganda (multiplier effect). Ia menjadi sekolah lapangan bagi petani, bukti bagi pemerintah pusat, dan kebanggaan bagi masyarakat Lamongan. Dalam perjalanannya menuju swasembada pangan, Lamongan tidak hanya berkontribusi untuk dirinya sendiri, tetapi juga sedang menulis sebuah bab penting untuk ketahanan pangan Indonesia, dimulai dari sebuah kampung di Desa Jotosanur.









