Infolamongan.id – Sebuah bukti nyata bahwa kepedulian dan aksi sosial yang berkelanjutan dapat mengubah hidup seseorang kembali ditunjukkan oleh Ipda Purnomo. Pada Kamis (23/10/2025), mantan anggota Polri yang kini dikenal luas sebagai sosok filantropis dan pegiat kemanusiaan ini kembali menyerahkan bantuan modal usaha tahap kedua sebesar Rp 5.000.000 kepada Ibu Marfuah, seorang single parent (orang tua tunggal) yang gigih berjuang menghidupi putrinya. Penyerahan bantuan dilakukan langsung di kediaman sederhana Ibu Marfuah, menguatkan kesan kedekatan dan keikhlasan di balik aksi mulia ini.
Bantuan tahap kedua ini bukanlah sebuah tindakan karitatif yang sekali jadi, melainkan sebuah episode lanjutan dari komitmen Ipda Purnomo untuk memberdayakan, bukan sekadar memberi. Ini adalah babak baru dalam perjalanan panjang mengangkat harkat dan martabat seorang ibu yang tak kenal lelah.
Kilas Balik: Pertemuan yang Menggerakkan Hati
Untuk memahami makna mendalam dari bantuan tahap kedua ini, kita perlu mundur sejenak ke masa lalu. Awal mula cerita ini berawal dari sebuah pertemuan yang tidak disengaja antara Ipda Purnomo dan Ibu Marfuah. Kala itu, Ipda Purnomo bertemu dengan sosok Ibu Marfuah yang sehari-harinya berjalan kaki menjajakan minyak wangi keliling.
Bayangkan perjuangannya: berjalan dari rumah ke rumah, dari satu tempat keramaian ke tempat lainnya, menentang terik matahari dan hujan, dengan penghasilan yang sangat tidak menentu, rata-rata hanya sekitar Rp 15.000 per hari. Jumlah yang sangat kecil untuk menghidupi dua orang, apalagi dengan tanggungan seorang anak yang masih membutuhkan biaya pendidikan dan kehidupan yang layak.
Yang menyentuh hati Ipda Purnomo bukan hanya kemiskinannya, tetapi kegigihannya. Ibu Marfuah adalah personifikasi dari seorang pejuang. Ia tidak mengemis atau meminta belas kasihan, tetapi memilih untuk bekerja keras dengan cara yang ia mampu. Ketika Ipda Purnomo mengetahui bahwa perjuangan ini dilakukan untuk membiayai putrinya yang masih duduk di bangku kelas 9 SMP, hatinya tergerak. Di sinilah lahir sebuah niat untuk tidak hanya memberi ikan, tetapi untuk mengajarkan cara memancing.
Bantuan Tahap Pertama: Sebuah Pondasi Harapan
Bantuan tahap pertama yang diberikan sebelumnya adalah titik balik. Modal awal itu menjadi suntikan semangat dan daya bagi Ibu Marfuah. Ia tidak lagi bergantung sepenuhnya pada penjualan minyak wangi keliling yang melelahkan dan berpenghasilan minim. Dengan modal tersebut, ia mulai merintis usaha dari rumah, sebuah lompatan dari menjadi pedagang keliling ke pemilik usaha mikro.
Meski detail usaha yang dirintis tidak disebutkan, peralihan dari “bergerak” ke “menetap” ini memiliki dampak psikologis dan ekonomis yang besar. Usaha rumahan memberikan stabilitas, menghemat tenaga, dan membuka peluang untuk menjangkau pelanggan yang lebih luas, mungkin melalui bantuan tetangga atau media sederhana.
Bantuan Tahap Kedua: Akselerasi dan Ujian Keamanahan
Kedatangan Ipda Purnomo dengan bantuan tahap kedua sebesar Rp 5 juta memiliki makna yang sangat strategis. Ini adalah bentuk pendampingan berkelanjutan. Ipda Purnomo tidak lupa setelah pemberian pertama. Ia melakukan pemantauan dan mengevaluasi perkembangan Ibu Marfuah.
Dalam pernyataannya, Ipda Purnomo menyampaikan, “Alhamdulillah, hari ini saya bisa kembali memberikan bantuan modal usaha untuk Ibu Marfuah. Ini adalah tahap kedua, dan Insya Allah jika Ibu Marfuah amanah dalam mengelola modal ini, saya akan menambahkan lagi di tahap berikutnya.”
Pernyataan ini mengandung pesan yang sangat dalam. Pertama, ia menyematkan kata “amanah“. Ini bukan sekadar syarat, tetapi sebuah edukasi tentang tanggung jawab. Ipda Purnomo sedang menanamkan nilai bahwa bantuan yang diberikan adalah titipan yang harus dikelola dengan jujur dan sungguh-sungguh. Kedua, janji untuk “menambahkan lagi” adalah sebuah motivasi. Ini menciptakan harapan dan tujuan jangka panjang, mendorong Ibu Marfuah untuk terus berinovasi dan mengembangkan usahanya.
Dampak Psikologis dan Sosial: Lebih dari Sekadar Uang
Reaksi haru dan ucapan terima kasih Ibu Marfuah mencerminkan dampak yang lebih dalam dari sekadar bantuan finansial. “Saya sangat berterima kasih kepada Bapak Ipda Purnomo yang telah membantu saya dengan memberikan modal usaha. Semoga kebaikan Bapak dilipatgandakan oleh Allah SWT,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.
Bagi seorang single mom seperti Ibu Marfuah, perjuangan hidup seringkali terasa sendiri dan berat. Kehadiran Ipda Purnomo seperti sebuah pengakuan bahwa perjuangannya dilihat dan dihargai. Ini memulihkan harga diri dan memberikannya keyakinan bahwa masih ada kebaikan di dunia. Bantuan ini menguatkan mentalnya, mengurangi beban psikologis, dan memberikan energi positif untuk terus maju.
Rencana Ke Depan: Mengembangkan Usaha dari Rumah
Dengan tambahan modal tahap kedua ini, Ibu Marfuah berencana untuk lebih serius mengembangkan usahanya di rumah. “Mengembangkan usaha” bisa berarti banyak hal: menambah variasi produk, meningkatkan kuantitas stok, memperbaiki kemasan, atau bahkan mulai memanfaatkan telepon genggam untuk pemasaran sederhana kepada tetangga dan kenalan.
Transformasi dari pedagang keliling ke pengusaha rumahan adalah sebuah lompatan kelas ekonomi. Ia tidak hanya berpotensi meningkatkan pendapatan, tetapi juga memungkinkannya untuk lebih sering berada di rumah, mendampingi putrinya yang sedang dalam masa-masa penting remaja. Dampaknya terhadap keharmonisan keluarga dan pendidikan anak bisa sangat signifikan.
Model Pemberdayaan yang Menginspirasi
Aksi Ipda Purnomo ini layak menjadi model pemberdayaan masyarakat yang efektif. Beberapa prinsip kunci yang bisa diambil adalah:
-
Berbasis Empati: Bantuan lahir dari kepedulian yang tulus setelah memahami langsung kondisi di lapangan.
-
Berjenjang dan Berkelanjutan: Bantuan tidak sekali habis, tetapi bertahap dengan monitoring, mirip dengan sistem pembiayaan mikro.
-
Menekankan Nilai Amanah: Menanamkan tanggung jawab dan integritas dalam mengelola bantuan.
-
Memberdayakan: Fokus pada penciptaan sumber penghidupan yang mandiri dan berkelanjutan.
Sebuah Rantai Kebaikan yang Tak Terputus
Kisah Ipda Purnomo dan Ibu Marfuah adalah sebuah narasi indah tentang bagaimana satu kebaikan dapat memicu rangkaian perubahan positif. Ipda Purnomo, dengan segala keterbatasannya sebagai purnawirawan, memilih untuk berbagi. Ibu Marfuah, dengan bantuan tersebut, tidak hanya terbantu secara ekonomi, tetapi juga menjadi lebih berdaya dan bersemangat.
Pada akhirnya, yang terjadi bukanlah hubungan donor-penerima, melainkan sebuah kemitraan kemanusiaan untuk mengukir masa depan yang lebih baik bagi seorang anak dan keluarganya. Jika ada lebih banyak lagi “Ipda Purnomo” dan lebih banyak lagi perhatian untuk “Ibu Marfuah-Ibu Marfuah” lain di luar sana, maka Lamongan akan menjadi bumi yang tidak hanya kaya akan Soto, tetapi juga kaya akan empati dan keadilan sosial.









