Belajar dari Alam: Siswa PAUD Al-Muttaqin Diajak Menjelajahi Keajaiban Sistem Pertanian Terpadu di Kampung Pandu Sakti

Infolamongan.id – Suara riang dan tawa ceria puluhan anak usia dini memecah kesunyian lahan pertanian terpadu di Kampung Pandu Sakti, pada hari jum’at (24/10/2025). sebuah proyek binaan Kodim 0812/Lamongan. Sebanyak 27 siswa-siswi PAUD Al-Muttaqin dari Kecamatan Tikung, Kabupaten Lamongan, melakukan kunjungan edukatif yang tidak biasa. Beralih dari ruang kelas yang tertutup, mereka menyelami langsung praktik nyata sistem pertanian terpadu (Integrated Farming System) yang dikelola oleh Satgas Pandu Sakti Kodim 0812/Lamongan. Kunjungan ini bukan sekadar rekreasi, melainkan sebuah investasi pengetahuan dini untuk menanamkan kecintaan pada pertanian dan pemahaman tentang siklus kehidupan yang berkelanjutan.

Kedatangan rombongan kecil yang penuh rasa ingin tahu ini disambut dengan hangat oleh Serda Feri, salah satu anggota Satgas Pandu Sakti. Dalam balikan seragam hijau loreng, ia dengan sabar dan ceria memandu para “ilmuwan cilik” tersebut, menunjukkan bahwa TNI tidak hanya hadir dengan wajah garang, tetapi juga dengan senyuman ramah dan jiwa pendidik.

Mengapa Penting Memperkenalkan Pertanian Sejak Dini?

Di era yang semakin terdigitalisasi, jarak antara anak-anak kota dan desa dengan sumber pangannya sendiri semakin melebar. Banyak anak yang tahu bentuk ayam goreng di piring, tetapi tidak pernah melihat bagaimana ayam dipelihara. Mereka mengenal nasi sebagai makanan pokok, tetapi tidak memahami proses panjang dari benih hingga beras. Kunjungan PAUD Al-Muttaqin ke Kampung Pandu Sakti adalah sebuah upaya korektif terhadap fenomena ini.

Dengan mengenalkan dunia pertanian, peternakan, dan perikanan sejak dini, anak-anak diajak untuk terhubung kembali dengan alam dan akar budaya agraris bangsa Indonesia. Ini adalah fondasi untuk membangun generasi yang tidak hanya cerdas secara akademis, tetapi juga memiliki kesadaran ekologis dan apresiasi terhadap kerja keras para petani dan peternak. “Kegiatan ini adalah bagian dari upaya kami untuk mengenalkan dunia pertanian, peternakan, dan perikanan sejak dini, sekaligus menunjukkan bagaimana konsep Integrated Farming System bekerja di Kampung Pandu Sakti,” ujar Serda Feri, menjelaskan misi dari kunjungan ini.

Menyelami Integrated Farming System: Sebuah Simfoni Tiga Sektor

Di bawah bimbingan Serda Feri, anak-anak diajak berkeliling untuk menyaksikan langsung keajaiban Integrated Farming System. Konsep ini adalah sebuah ekosistem cerdas di mana tiga sektor utama—pertanian, peternakan, dan perikanan—bekerja secara sinergis, saling mendukung, dan menciptakan siklus yang berkelanjutan.

  1. Sektor Pertanian: Anak-anak diajak melihat hamparan tanaman, mulai dari padi, aneka sayur-mayur seperti kangkung dan bayam, hingga palawija. Mereka belajar bahwa tanaman membutuhkan tanah, air, dan pupuk untuk tumbuh. Di sinilah koneksi dengan sektor lain mulai terlihat.

  2. Sektor Peternakan: Rombongan kemudian diajak mendekati kandang ternak. Mereka melihat secara langsung hewan-hewan seperti kambing, sapi, atau ayam. Serda Feri menjelaskan dengan bahasa yang sederhana bahwa hewan-hewan ini tidak hanya menghasilkan daging atau telur, tetapi juga menghasilkan “limbah” yang sangat berharga. Kotoran ternak ini, yang mungkin bagi anak-anak dianggap kotor dan tidak berguna, ternyata adalah pupuk alami yang sangat dibutuhkan oleh tanaman di sektor pertanian.

  3. Sektor Perikanan: Perjalanan berlanjut ke kolam-kolam ikan. Anak-anak dengan gembira mengamati ikan-ikan berenang. Serda Feri menjelaskan bahwa air dari kolam ikan, yang kaya akan nutrien dari sisa pakan dan kotoran ikan, dapat digunakan untuk mengairi tanaman. Sebaliknya, beberapa sisa hasil pertanian bisa diolah menjadi pakan tambahan untuk ikan.

Belajar Melalui Pengalaman Langsung: Metode Edukasi yang Paling Efektif

Bagi anak usia dini, belajar yang paling efektif adalah melalui pengalaman langsung (experiential learning). Mereka bukan hanya mendengar cerita atau melihat gambar, tetapi benar-benar melihat, mendengar, mencium, dan merasakan.

Mereka bisa merasakan tekstur daun sayuran, mendengar suara kokok ayam dan embik kambing, serta melihat dari dekat gerakan ikan di kolam. Pengalaman sensorik ini menciptakan memori yang kuat dan pemahaman yang lebih mendalam. Mereka belajar tentang “siklus” bukan sebagai teori, tetapi sebagai sebuah cerita nyata yang mereka saksikan sendiri: kotoran kambing menjadi pupuk, pupuk menyuburkan sayuran, sayuran bisa dimakan manusia atau menjadi pakan, dan seterusnya.

Kepala Sekolah PAUD Al-Muttaqin, Darsih S.Pd.I., sangat menyadari nilai tak ternalar dari metode belajar seperti ini. “Kunjungan ini memberikan pengalaman belajar yang tak ternilai bagi anak-anak. Mereka tidak hanya melihat, tapi juga merasakan langsung bagaimana proses pangan itu dihasilkan,” ujarnya, menyampaikan apresiasi yang tinggi.

Pernyataan ini menegaskan bahwa pendidikan karakter dan pengetahuan hidup tidak bisa sepenuhnya dibebankan pada kurikulum formal di dalam kelas. Kolaborasi dengan institusi seperti Kodim, yang memiliki sumber daya dan pengetahuan praktis, dapat melengkapi proses belajar mengajar dengan cara yang unik dan berkesan.

Peran Satgas Pandu Sakti: Dari Prajurit Menjadi Guru Lapangan

Keberhasilan kunjungan ini juga tidak lepas dari peran anggota Satgas Pandu Sakti, dalam hal ini Serda Feri. Mereka tidak hanya bertugas sebagai pengawas dan pengelola proyek pertanian, tetapi juga berperan sebagai fasilitator dan edukator bagi masyarakat, termasuk generasi paling muda.

Kemampuan Serda Feri untuk “menurunkan” ilmu yang kompleks menjadi bahasa yang sederhana dan mudah dicerna anak-anak patut diacungi jempol. Ini membutuhkan kesabaran, kreativitas, dan yang terpenting, ketulusan. Peran ini menunjukkan fleksibilitas TNI dalam menjalankan tugasnya, mampu beralih dari fungsi keamanan ke fungsi pembinaan dan pemberdayaan dengan mulus.

Dampak Jangka Panjang: Menanamkan Benih untuk Masa Depan

Kunjungan singkat ini diharapkan dapat menanamkan benih-benih positif dalam diri anak-anak:

  1. Rasa Cinta Lingkungan: Memahami hubungan simbiosis antar makhluk hidup akan menumbuhkan sikap menghargai dan menjaga alam.

  2. Kesadaran Ketahanan Pangan: Anak-anak memahami bahwa makanan tidak datang begitu saja dari supermarket, tetapi melalui proses yang panjang dan penuh perawatan.

  3. Jiwa Wirausaha: Melihat langsung pengelolaan usaha ternak dan tanam bisa memicu imajinasi dan minat berwirausaha di sektor agrobisnis sejak dini.

  4. Penghargaan pada Profesi Petani/Peternak: Mereka akan lebih menghargai jerih payah para petani dan peternak yang menyediakan pangan bagi semua orang.

Kesimpulan: Merajut Masa Depan Pertanian dari Tangan-Tangan Mungil

Kunjungan edukatif PAUD Al-Muttaqin ke Kampung Pandu Sakti adalah sebuah gambaran kecil dari Indonesia yang kita idamkan: sebuah negeri di dimana generasi mudanya tidak tercerabut dari akar agrarisnya. Di tangan anak-anak inilah masa depan ketahanan pangan Indonesia dipertaruhkan.

Dengan membekali mereka bukan hanya dengan teori tetapi dengan pengalaman dan empati terhadap alam, kita sedang mempersiapkan calon-calon pemimpin, ilmuwan, dan petani masa depan yang visioner dan bertanggung jawab. Kodim 0812/Lamongan, melalui Satgas Pandu Sakti-nya, telah membuka pintu yang lebar, mengundang generasi penerus untuk menyaksikan, mempelajari, dan akhirnya nanti, meneruskan estafet pembangunan pertanian Indonesia yang berkelanjutan. Pada akhirnya, dari petak tanah di Kampung Pandu Sakti inilah, harapan untuk Indonesia yang mandiri pangan mulai disemai, dimulai dari cahaya curiosity di mata anak-anak PAUD.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *