Infolamongan.id – Di tengah terik matahari siang yang menyengat, Senin (13/10/2025), sebuah aksi kemanusiaan yang menyentuh hati terjadi di kawasan Ruko dekat SPBU Sukodadi, Lamongan. Ipda Purnomo, seorang anggota Kepolisian Resor (Polres) Lamongan, menjadi bukti nyata bahwa pelayanan polisi tidak hanya tentang penegakan hukum, tetapi juga tentang kepekaan sosial dan kepedulian terhadap sesama. Saat itu, ia menemukan seorang bapak berusia lanjut asal Mojokerto yang tertidur lelap di lantai ruko dalam kondisi yang memprihatinkan.
Awalnya, Ipda Purnomo yang sedang melaksanakan patroli rutin merasa ada yang tidak beres. Seorang bapak dengan pakaian lusuh terlihat tertidur di tempat yang tidak semestinya. Dengan pendekatan yang humanis, ia pun membangunkan bapak tersebut. Yang ditemui bukanlah seorang pengemis atau gelandangan, melainkan seorang warga yang sedang berada dalam situasi sulit, kelelahan, dan kebingungan.
“Saat saya temukan, bapak ini terlihat sangat lelah dan kebingungan. Saya mencoba mendekati dan bertanya, ternyata beliau berasal dari Mojokerto dan sedang kesulitan,” ujar Ipda Purnomo, mengenang mula pertemuannya dengan bapak tersebut. Pendekatan yang dilakukannya bukan dengan nada interogasi, tetapi dengan empati dan ketulusan, mencoba memahami akar permasalahan yang dihadapi warga tersebut.
Lebih Dari Sekadar Pertolongan Pertama: Empati yang Menyeluruh
Banyak orang mungkin akan memberikan pertolongan seadanya, tetapi Ipda Purnomo memilih untuk membantu secara menyeluruh. Melihat kondisi bapak yang kelelahan, hal pertama yang dilakukannya adalah memberikan minuman untuk menyegarkan kembali tubuh yang lelah. Namun, perhatiannya tidak berhenti di situ. Ia menyadari bahwa pakaian yang dikenakan bapak tersebut sudah tidak layak.
Dengan sikap yang santun dan penuh hormat, Ipda Purnomo kemudian mengganti pakaian bapak tersebut dengan pakaian yang lebih layak dan bersih. Ini bukan sekadar soal penampilan fisik, tetapi tentang mengembalikan martabat dan harga diri seseorang yang sedang terpuruk. Sebuah tindakan sederhana, namun sarat dengan makna penghormatan terhadap kemanusiaan.
Setelah kondisi bapak tersebut membaik, Ipda Purnomo pun mendengarkan keluh kesahnya. Dari obrolan tersebut, terungkap bahwa bapak ini ternyata sangat rindu untuk pulang dan bertemu dengan anak serta cucunya di Mojokerto. Namun, persoalan biaya menjadi penghalang besar baginya untuk mewujudkan kerinduan itu.
Solusi Tuntas: Dari Hati ke Hati untuk Reuni Keluarga
Mendengar cerita haru tersebut, Ipda Purnomo tergerak untuk memberikan solusi yang tuntas. Daripada hanya memberikan pertolongan sementara, ia memutuskan untuk membantu bapak tersebut bisa pulang ke keluarganya. Dengan tulus, ia mengeluarkan sejumlah uang dari sakunya sendiri dan memberikannya kepada bapak tersebut untuk ongkos pulang ke Mojokerto.
“Saya tidak ingin beliau menunggu lebih lama lagi untuk mendapatkan uang sekadar untuk ongkos pulang. Alhamdulillah, saya bisa memberikan sedikit rezeki agar beliau bisa segera berkumpul dengan keluarganya,” tutur Ipda Purnomo dengan suara bergetar penuh haru. Bagi Ipda Purnomo, uang yang diberikannya bukan sekadar materi, tetapi merupakan perantara untuk menyatukan kembali seorang bapak dengan keluarganya.
Tindakan Ipda Purnomo ini mengingatkan kita pada filosofi kepolisian yang sesungguhnya, yaitu “Melindungi, Mengayomi, dan Melayani Masyarakat”. Perlindungan tidak hanya dari ancaman kejahatan, tetapi juga dari keputusasaan. Pengayoman tidak hanya bagi yang kuat, tetapi justru bagi yang lemah. Dan pelayanan tidak hanya di kantor polisi, tetapi di mana saja masyarakat membutuhkan.
Apresiasi Masyarakat: Memulihkan Kepercayaan pada Aparat
Aksi spontan Ipda Purnomo ini tidak luput dari perhatian warga sekitar yang menyaksikan. Banyak di antara mereka yang terharu dan mengapresiasi tindakan anggota polisi yang biasanya identik dengan penegakan hukum yang tegas, namun kali ini menunjukkan sisi lain yang humanis dan penuh empati.
“Semoga apa yang dilakukan oleh Pak Purnomo ini bisa menjadi contoh bagi kita semua untuk selalu peduli terhadap sesama,” ujar salah seorang warga yang menyaksikan langsung kejadian tersebut. Apresiasi ini penting, karena menunjukkan bahwa masyarakat merindukan kehadiran aparat yang tidak hanya tegas, tetapi juga memiliki hati yang lembut dan peka terhadap penderitaan rakyat kecil.
Dalam situasi di mana kadang terjadi ketegangan antara aparat dan masyarakat, tindakan Ipda Purnomo seperti oase di tengah gurun. Ia berhasil menunjukkan bahwa polisi adalah sahabat masyarakat, yang siap kapan saja dan di mana saja untuk membantu warga yang membutuhkan, tanpa memandang latar belakang dan asal usul.
Refleksi Nilai-Nilai Luhur dalam Profesi Kepolisian
Ipda Purnomo, dalam pernyataannya yang sederhana, menyampaikan harapan yang mendalam. “Terima kasih atas kesempatan berbuat baik hari ini. Semoga berkah barokah, Aamiin,” pungkasnya. Kalimat singkat ini mencerminkan kerendahan hati dan kesadaran bahwa kesempatan untuk menolong sesama adalah sebuah anugerah yang patut disyukuri.
Aksi yang dilakukan Ipda Purnomo ini sejalan dengan nilai-nilai Revolusi Mental yang digaungkan pemerintah. Integritas, etos kerja, dan gotong royong tercermin dalam tindakannya. Ia bekerja tidak hanya sekadar memenuhi kewajiban, tetapi melampaui itu, dengan integritas moral yang tinggi dan semangat gotong royong untuk meringankan beban sesama.
Tindakan ini juga merupakan implementasi dari konsep “Police and Community Relation” yang selama ini terus dikembangkan institusi Polri. Dengan membangun hubungan yang harmonis dan penuh empati dengan masyarakat, diharapkan tercipta sinergi yang kuat dalam menciptakan kamtibmas yang kondusif.
Inspirasi bagi Seluruh Aparat dan Masyarakat
Kisah Ipda Purnomo ini pantas menjadi inspirasi tidak hanya bagi sesama aparat kepolisian, tetapi juga bagi seluruh elemen masyarakat. Di tengah individualisme yang semakin menguat, aksi-aksi kepedulian seperti ini adalah penyejuk hati yang mengingatkan kita pada jati diri bangsa Indonesia yang gemar menolong dan peduli terhadap sesama.
Bagi institusi Polri, kisah ini bisa menjadi bahan pembelajaran dalam pembinaan karakter anggotanya. Bahwa di balik seragam dan wewenang yang melekat, setiap anggota polisi tetaplah manusia yang harus memiliki kepekaan sosial. Bahwa hukum tidak harus selalu ditegakkan dengan kekerasan, tetapi bisa juga dengan kasih sayang.
Bagi masyarakat, kisah ini mengajarkan bahwa tidak semua masalah harus diselesaikan dengan materi. Terkadang, yang dibutuhkan hanyalah perhatian tulus dan empati yang mendalam. Seperti yang ditunjukkan Ipda Purnomo, dengan mendengarkan keluh kesah bapak dari Mojokerto tersebut, ia mampu memahami kebutuhan mendasar yang sebenarnya: kerinduan untuk bersatu dengan keluarga.
Penutup: Sebuah Teladan di Tengah Prahara
Di era di mana berita-berita negatif tentang aparat seringkali memenuhi headlines media, kisah Ipda Purnomo bagai cahaya di kegelapan. Ia membuktikan bahwa masih banyak anggota kepolisian yang menjalankan tugasnya dengan hati nurani dan integritas moral yang tinggi.
Aksi yang mungkin terlihat sederhana ini sebenarnya memiliki dampak yang sangat besar. Bagi bapak dari Mojokerto, bantuan Ipda Purnomo adalah jawaban dari doa dan penantiannya untuk bertemu keluarga. Bagi masyarakat, ini adalah pengingat bahwa kebaikan masih ada di mana-mana. Bagi institusi Polri, ini adalah bukti nyata bahwa program pembinaan karakter anggota telah membuahkan hasil.
Ipda Purnomo mungkin tidak mengira bahwa tindakannya akan menjadi perbincangan hangat dan inspirasi bagi banyak orang. Ia hanya menjalankan apa yang diyakininya sebagai kewajiban moral sebagai manusia dan sebagai aparat yang dilantik untuk melayani masyarakat. Dan justru karena ketulusannya inilah, kisahnya pantas untuk diapresiasi dan dijadikan teladan. Dalam balutan seragam coklatnya, Ipda Purnomo telah menjadi pahlawan kemanusiaan yang membawa kebahagiaan bagi sebuah keluarga di Mojokerto.









