Infolamongan.id – Komunitas seniman dangdut yang tergabung dalam Insan Dangdut dan Entertainment Lamongan (IDEAL) menyampaikan kekecewaan mereka melalui surat terbuka kepada Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi. Kekecewaan ini muncul setelah acara “IDEAL Bersholawat”, yang sebelumnya telah disepakati dengan panitia Ramadan Meriah Rame, secara mendadak dibatalkan atas instruksi Bupati.
Acara yang rencananya akan digelar pada 19 Maret 2025 di lokasi event Ramadan Meriah Rame ini sebelumnya telah mendapatkan kesepakatan dengan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Lamongan, Anang Taufik, serta pihak penyelenggara acara, Senandung Organizer. Bahkan, tim IDEAL telah melakukan survei lokasi dan persiapan teknis secara mandiri, termasuk perlengkapan sound system, tenda, konsumsi, hingga publikasi melalui media sosial. Namun, pada 11 Maret 2025, keputusan mengejutkan datang dari pihak event organizer yang mengabarkan bahwa acara tersebut dibatalkan atas perintah langsung dari Bupati Lamongan. Padahal, sebelumnya Bupati dan Sekretaris Daerah telah memberikan respons positif terkait rencana kegiatan ini.
Menurut informasi yang diperoleh dari komunitas seniman dangdut lainnya, pembatalan ini diduga terjadi karena adanya tekanan dari kelompok tertentu yang tidak setuju dengan keterlibatan IDEAL dalam acara yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Dugaan ini semakin kuat setelah ditemukan percakapan dalam grup WhatsApp salah satu komunitas dangdut di Lamongan, yang menunjukkan adanya keberatan dari seorang pembina komunitas tersebut, Rudi Utomo, yang juga menjabat sebagai Lurah Sukomulyo.
Dalam surat terbuka yang ditulis oleh IDEAL, mereka menyesalkan adanya intervensi yang menghambat niat baik mereka dalam menyelenggarakan acara sholawat bersama masyarakat. Cak Narto Widodo, selaku pembina IDEAL, sebelumnya telah berkomunikasi langsung dengan Bupati dan Sekretaris Daerah, yang memberikan sinyal positif atas rencana acara tersebut. Namun, realitas yang terjadi justru berbeda dari yang dijanjikan.
Meski kecewa, komunitas IDEAL akhirnya memindahkan lokasi acara ke tempat lain, dengan tetap menggelar sholawat dan santunan anak yatim. Acara ini tetap berlangsung dengan dukungan dana pribadi dan donasi dari para seniman dangdut Lamongan.
Selain itu, dalam surat terbuka yang dirilis, IDEAL juga menyinggung adanya dana hibah dari Pemkab Lamongan yang dikucurkan kepada komunitas seni dangdut lainnya. Disebutkan bahwa Lamongan Dangdut Community menerima dana hibah sebesar 55 juta rupiah, sementara TEKSODAMA mendapatkan 75 juta rupiah. Seniman IDEAL berharap bahwa dana hibah tersebut benar-benar digunakan untuk kepentingan masyarakat Lamongan secara luas, bukan hanya kelompok tertentu yang memiliki kedekatan dengan pejabat daerah.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada pernyataan resmi dari pihak Pemkab Lamongan terkait polemik ini. Kekecewaan dari komunitas seniman dangdut ini menggambarkan adanya ketimpangan dalam kebijakan yang diterapkan, serta dugaan adanya keberpihakan terhadap kelompok tertentu. Masyarakat pun menunggu klarifikasi dari pihak terkait, terutama Bupati Lamongan, untuk memberikan kejelasan mengenai alasan pembatalan mendadak ini.
Kasus ini menjadi sorotan publik, terutama di kalangan pelaku seni dan budaya di Lamongan, yang menilai bahwa keterlibatan komunitas seni lokal dalam acara pemerintah seharusnya didukung, bukan justru dihalangi. Bagaimana kelanjutan dari polemik ini? Akankah ada respon resmi dari pihak terkait? Publik masih menantikan jawaban yang jelas dan transparan.