Infolamongan.id – Ketika harapan masyarakat pada pemerintah kerap tak kunjung terjawab, justru sosok di luar sistem birokrasi tampil menjadi pahlawan. Jalan rusak parah di Desa Duriwetan, Kecamatan Maduran, Kabupaten Lamongan, akhirnya diperbaiki—namun bukan oleh Pemkab Lamongan, melainkan oleh seorang pengusaha perantau yang berasal dari desa tersebut.
Pembangunan jalan itu kini sudah mulai berlangsung dengan metode pengaspalan hotmix. Proyek perbaikan ini dimulai sejak Kamis (10/04/2025) dan terus berjalan hingga Sabtu (12/04/2025), sementara hari Minggu dijadwalkan sebagai hari libur bagi kontraktor pelaksana. Total panjang jalan yang dibangun mencapai sekitar 1 kilometer, dan seluruh pembiayaan ditanggung pribadi oleh sang pengusaha, tanpa bantuan dari Pemkab atau lembaga pemerintah manapun.
Bukan Janji, Tapi Aksi
Langkah berani dari pengusaha yang kini menetap di Makassar itu bukan hanya bentuk kepedulian sosial, tapi juga sindiran halus bagi pemerintah daerah, khususnya Bupati Lamongan Yuhronur Efendi (Pak Yes), agar lebih tanggap dan cepat merespons keluhan masyarakat. Warga sudah lama mengeluhkan kerusakan jalan di wilayah ini, namun tak kunjung ada tindakan konkret dari pemerintah.
“Kami sudah bertahun-tahun melewati jalan berlubang, becek, dan rusak parah. Baru kali ini kami lihat ada tindakan nyata, meskipun bukan dari Pemkab,” ujar salah satu warga Desa Duriwetan dengan nada haru.
Jalan Perubahan Dimulai dari Warga
Proyek pembangunan jalan tersebut dilakukan secara profesional, dengan kontraktor yang didatangkan langsung oleh pengusaha bersangkutan. Hal ini sekaligus membuktikan bahwa masyarakat yang diberi kesempatan dan kepercayaan bisa menghadirkan solusi nyata, bahkan tanpa harus tergantung pada anggaran negara.
Langkah ini patut menjadi refleksi mendalam bagi Pemkab Lamongan dan khususnya Pak Yes, bahwa aspirasi masyarakat di desa-desa bukan sekadar catatan rapat, melainkan kebutuhan nyata yang harus segera ditindaklanjuti.
Kritik yang Membangun… Secara Harfiah
Di balik cerita ini, tersimpan pesan moral yang kuat: mengkritik pemerintah tidak selalu harus dalam bentuk protes atau demonstrasi. Terkadang, membangun infrastruktur yang terbengkalai sendiri adalah bentuk kritik paling nyata—dan paling menyentuh.
“Kami tidak marah, kami tidak teriak. Tapi kami juga tidak tinggal diam. Kami bangun jalan ini karena kami ingin desa kami punya harapan,” ungkap salah satu tokoh masyarakat setempat.