Infolamongan.id – PP Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah 1446 H/2025 M melalui metode baru yang berbasis Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT). Keputusan ini sekaligus menggantikan penggunaan metode hisab hakiki wujudul hilal yang sebelumnya menjadi pedoman organisasi tersebut dalam menentukan awal bulan-bulan penting dalam Islam. Dengan metode KHGT, awal puasa Ramadan 2025 akan dimulai pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Penetapan Berdasarkan Kalender Hijriah Global Tunggal
Keputusan ini tertuang dalam Kalender Hijriah Global Tunggal yang disusun oleh Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah. Metode baru ini diharapkan menjadi solusi lebih universal dan relevan dalam menetapkan kalender Hijriah, sehingga bisa menjadi pedoman yang seragam di berbagai wilayah.
“Penetapan awal Ramadan, Syawal, dan Zulhijah tahun ini didasarkan pada KHGT yang telah disusun. Kalender ini menggantikan metode hisab hakiki wujudul hilal yang selama ini kami gunakan,” kata Edy Kuscahyanto, Ketua Biro Komunikasi dan Pelayanan Umum PP Muhammadiyah, dalam keterangannya pada Selasa (7/1/2025).
Berdasarkan KHGT, ijtimak atau konjungsi akhir bulan Syakban 1446 H terjadi pada Jumat, 28 Februari 2025. Oleh karena itu, 1 Ramadan 1446 H dipastikan jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025.
Menyongsong Bulan Suci dengan Penuh Persiapan
Menjelang datangnya bulan suci Ramadan, umat Islam di Indonesia mulai mempersiapkan diri, baik secara spiritual maupun sosial. Muhammadiyah, melalui berbagai cabang dan lembaga di seluruh Indonesia, juga telah mengimbau agar umat Muslim meningkatkan kegiatan ibadah dan memperbanyak amal sosial menjelang Ramadan.
“Ramadan adalah momentum untuk mempererat hubungan dengan Allah dan sesama manusia. Kami berharap masyarakat dapat memanfaatkan bulan ini sebaik-baiknya untuk meningkatkan ketakwaan dan solidaritas sosial,” ujar Edy.
Tidak hanya itu, Muhammadiyah juga menekankan pentingnya persatuan umat dalam menyambut bulan Ramadan. Meskipun perbedaan metode penentuan awal Ramadan masih ada di Indonesia, organisasi ini mengajak seluruh umat untuk tetap menjaga harmoni dan saling menghormati perbedaan pandangan.
Penggunaan Kalender Hijriah Global Tunggal sebagai Inovasi
Penerapan Kalender Hijriah Global Tunggal dianggap sebagai langkah progresif dalam penyusunan kalender Islam. KHGT didasarkan pada prinsip-prinsip astronomi modern yang mengedepankan keakuratan dan keterpaduan global. Dengan kalender ini, Muhammadiyah berharap dapat memberikan kontribusi nyata dalam menyatukan umat Islam dalam hal penentuan awal bulan Hijriah.
“Kalender ini dirancang agar dapat digunakan oleh umat Islam di seluruh dunia tanpa harus menghadapi perbedaan signifikan terkait penetapan awal bulan. Prinsipnya adalah memadukan ilmu pengetahuan dengan nilai-nilai syariah,” tambah Edy.
Imbauan untuk Menyambut Ramadan dengan Khusyuk
Muhammadiyah juga mengingatkan pentingnya menyambut Ramadan dengan hati yang bersih dan persiapan yang matang. Berbagai program pendidikan, kajian keislaman, serta kegiatan sosial telah disusun oleh lembaga-lembaga Muhammadiyah untuk membantu umat menjalani Ramadan dengan penuh makna.
“Kami mengimbau seluruh umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah, untuk mempersiapkan diri dengan baik. Jangan hanya fokus pada ibadah individual, tetapi juga perhatikan kebutuhan sosial di sekitar kita,” pesan Edy.
Potensi Perbedaan Penetapan Awal Ramadan
Meskipun Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadan menggunakan KHGT, perbedaan metode penentuan awal bulan Hijriah di Indonesia tetap berpotensi menimbulkan perbedaan tanggal mulai puasa. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama biasanya menetapkan awal Ramadan berdasarkan hasil sidang isbat yang memadukan pengamatan hilal dan hisab.
“Kami menyadari bahwa masih ada potensi perbedaan dengan pihak lain. Namun, kami berharap perbedaan ini tidak menjadi penghalang bagi umat untuk tetap bersatu dalam menyambut bulan suci,” tutup Edy.
Dengan segala persiapan dan imbauan tersebut, Muhammadiyah berharap Ramadan 1446 H dapat menjadi momen yang penuh berkah dan membawa kebaikan bagi seluruh umat Islam, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia.