Mengkritik Bukan Membenci: Tanda Cinta Tanah Air yang Sering Disalahpahami

Infolamongan.id – Dalam era keterbukaan informasi dan partisipasi publik yang semakin aktif, peran masyarakat dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintah dan kebijakan publik semakin terasa. Namun sayangnya, tak jarang kritik disalahartikan sebagai bentuk kebencian terhadap negara atau sikap tidak nasionalis.

Padahal, dalam demokrasi yang sehat, mengkritik dan bersikap kritis justru merupakan wujud cinta tanah air yang paling tulus.

Kritik adalah Bagian dari Kepedulian

Menurut pengamat sosial politik, Dr. Rini Astuti, sikap kritis muncul bukan dari rasa benci, melainkan dari kepedulian dan harapan akan perbaikan.

“Mereka yang bersuara, yang menunjukkan keprihatinan terhadap ketimpangan atau kebijakan yang tidak tepat, sebenarnya sedang menunjukkan rasa sayang terhadap bangsanya. Mereka ingin negara ini lebih baik,” jelas Dr. Rini dalam sebuah diskusi publik di Jakarta, Kamis (10/04/2025).

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa sejarah perjuangan bangsa Indonesia dipenuhi oleh tokoh-tokoh yang juga berani mengkritik penguasa dan sistem, demi kebaikan rakyat. Bahkan para pendiri bangsa sendiri dikenal kritis terhadap penjajahan dan ketidakadilan sosial.

Cinta Tanah Air Tidak Selalu Diam dan Tunduk

Cinta tanah air tidak hanya diwujudkan dalam upacara dan simbol-simbol formal. Cinta sejati kadang justru terlihat dalam kesediaan untuk mengatakan apa yang salah, memperjuangkan yang benar, dan menjadi pengingat bagi pemegang kekuasaan agar tetap berpihak pada rakyat.

Aktivis muda, Alfian Pradipta, menegaskan bahwa suara kritis dari generasi muda adalah bentuk tanggung jawab.

“Kalau kami diam, siapa yang akan jaga masa depan negeri ini? Kritik kami bukan untuk menjatuhkan, tapi supaya negeri ini tetap berdiri dengan kepala tegak, bukan tertidur dengan nyaman dalam kesalahan,” ujarnya.

Narasi Nasionalisme Kritis Harus Diperkuat

Dalam masyarakat yang plural dan dinamis seperti Indonesia, penting untuk mengembangkan budaya nasionalisme yang inklusif dan kritis. Pemerintah, media, dan lembaga pendidikan memiliki peran besar dalam mendorong ruang dialog yang sehat, di mana masyarakat tidak takut untuk mengutarakan opini yang berbeda tanpa dicap “anti-negara”.

Budayawan Goenawan Mohamad pernah berkata, “Kita mencintai Indonesia bukan karena ia sempurna, tapi karena ia rumah yang harus kita jaga bersama.”

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *