Infolamongan.id – Di tengah geliat budaya dan kreativitas anak muda di Jawa Timur, hadir sebuah komunitas seni yang sejak lebih dari satu dekade lalu konsisten menumbuhkan semangat kesenian di Lamongan: Komunitas Ginyo Lamongan. Berdiri sejak 16 Januari 2010, komunitas ini menjadi ruang tumbuh bagi seniman muda di bidang teater, puisi, seni lukis, dan musik, baik dari dalam Lamongan maupun luar daerah.
Komunitas ini pertama kali dirintis oleh Mahrus Ali bersama beberapa seniman lain, seperti Taplak, Grandonk, Toha, (alm.) Menyok, Tohex, Pakkeng, dan lainnya. Estafet kepemimpinan kemudian dilanjutkan oleh Luqman Tohex, yang memimpin komunitas ini sejak awal berdiri pada tahun 2010 hingga sekarang.
“Ginyo bukan sekadar komunitas seni, tapi rumah bagi siapa saja yang ingin berkesenian dengan hati. Kami menerima siapa pun, baik yang dari kampus, pesantren, sekolah, atau masyarakat umum,” ujar Mas Tohek, ketua Ginyo saat ini.
Tumbuh dari Kolaborasi
Uniknya, Ginyo tidak berdiri sendiri. Ia merupakan hasil dari sinergi berbagai komunitas seni dan organisasi kampus, baik dari dalam Lamongan maupun dari luar daerah. Dengan semangat kolektif, Ginyo menjelma menjadi ruang terbuka bagi pertemuan lintas disiplin seni, tempat berkumpulnya peminat teater, penyair muda, pemusik jalanan, hingga pelukis indie.
Selain berkegiatan di Lamongan, Ginyo aktif menjalin koneksi dengan lembaga pendidikan dan komunitas seni di kota lain. Hal ini membuat Ginyo tidak hanya dikenal sebagai komunitas lokal, tapi juga mulai dikenal di panggung regional Jawa Timur.
Pentas Demi Pentas, dari Lamongan ke Surabaya
Selama 14 tahun eksistensinya, Ginyo telah menampilkan puluhan pertunjukan teater yang sarat makna. Salah satu karya terbaru mereka adalah “KUH (Karena Ini adalah Soal Hati)”, sebuah naskah yang menyentuh ranah psikologis dan spiritual manusia dalam pencarian makna hidup.

Pertunjukan KUH pertama tgl 16 Jan 2025 di MA Mawar disambut hangat oleh ratusan penonton dari kalangan siswa dan pegiat seni. Rencana ke 2 pada 26 April 2025 di kampus IAINU Tuban, Setelah itu, pementasan berlanjut ke UINSA Surabaya pada 23 Mei 2025, dan akan tampil kembali pada 14 Juni 2025 di Ponpes Al Hikmah Jombang.
Pertunjukan ini tidak hanya menyoroti konflik batin dan relasi manusia, tetapi juga menampilkan keberagaman ekspresi seni yang menjadi ciri khas Ginyo. Dalam satu pentas, penonton bisa menikmati kolaborasi antara teater, puisi, musik live, dan elemen visual yang kuat.
Ruang Tumbuh Bagi Generasi Muda
Bagi banyak anggotanya, Ginyo bukan hanya tempat untuk tampil di atas panggung, tapi juga ruang untuk tumbuh dan belajar menjadi manusia yang peka dan berbudaya. Tidak sedikit alumni Ginyo yang kini menjadi pendidik, pegiat sosial, hingga seniman profesional yang membawa nama Lamongan ke kancah nasional.
“Di Ginyo, kami tidak hanya belajar akting, tapi juga belajar hidup. Belajar mendengarkan, berbagi, dan menciptakan sesuatu yang punya makna,” ungkap cak Pandu, salah partisipan komunitaas Ginyo.
Ginyo juga dikenal aktif menggelar workshop seni, pentas kolaboratif lintas kota, dan menjadi tuan rumah diskusi-diskusi budaya yang mengangkat isu lokalitas, sejarah, dan nilai-nilai kemanusiaan.
Menatap Masa Depan
Dengan semangat yang tak pernah padam, Komunitas Ginyo Lamongan terus menjaga bara seni agar tetap menyala di tengah tantangan zaman. Rencana ke depan termasuk memperluas jaringan kerja sama dengan komunitas seni dari luar Jawa, menerbitkan buku kumpulan puisi dan naskah teater, serta membuka “Rumah Ginyo” sebagai ruang ekspresi permanen untuk para seniman muda Lamongan.