Infolamongan.id – Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) memainkan peran penting dalam pertumbuhan ekonomi, baik di negara maju maupun berkembang. Data menunjukkan bahwa UMKM di Australia menyumbang 30% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional. Sementara itu, di Indonesia, kontribusi UMKM mencapai angka yang lebih signifikan, yaitu 60% dari PDB.
Meski demikian, keberlangsungan UMKM tidaklah mudah. Di Australia, hampir 2 dari 5 pelaku UMKM harus tutup dalam tiga tahun pertama operasinya, dengan 1 dari 5 di antaranya gulung tikar pada tahun pertama. Data Australian Bureau of Statistics untuk 2023-2024 mencatat adanya penambahan 513.658 pelaku UMKM baru, tetapi juga diiringi oleh angka kebangkrutan yang tinggi, yaitu mencapai 441.320 usaha.
Di Indonesia, tantangan serupa dihadapi para pelaku UMKM. Berdasarkan laporan International Finance Corporation (IFC), sekitar 60% UMKM di negara berkembang, termasuk Indonesia, mengalami kesulitan dalam mendapatkan akses kredit formal. Faktor lain seperti kegagalan produk dan layanan juga menyumbang terhadap tingginya tingkat kegagalan UMKM.
Faktor Penyebab Tingginya Tingkat Kegagalan UMKM
Studi Asosiasi Perbankan Australia mengidentifikasi beberapa penyebab utama tingginya tingkat kebangkrutan UMKM, yaitu:
- Kepemimpinan yang Lemah – Ketidakmampuan dalam mengelola tim dan mengambil keputusan strategis.
- Riset Pasar yang Minim – Pelaku usaha kurang memahami kebutuhan dan preferensi pelanggan.
- Pengelolaan Keuangan yang Buruk – Kesalahan dalam mengelola arus kas dan alokasi sumber daya.
Faktor-faktor ini juga relevan di Indonesia, di mana banyak UMKM yang menghadapi tantangan serupa, terutama dalam pengelolaan keuangan dan akses ke modal usaha.
Dukungan Pemerintah bagi UMKM
Sebagai otoritas pajak, Australian Tax Office (ATO) dan Direktorat Jenderal Pajak (DJP) di Indonesia meluncurkan inisiatif untuk membantu UMKM bertahan sekaligus meningkatkan kesadaran dan kepatuhan pajak.
Cash Flow Coaching Kit oleh ATO
Di Australia, ATO menyediakan Cash Flow Coaching Kit, sebuah aplikasi pembelajaran yang dirancang untuk membantu konsultan pajak dan penasihat bisnis membimbing UMKM dalam mengelola arus kas mereka. Program ini mencakup sesi one-on-one coaching dan analisis berbasis lima metode, seperti:
- Health Check: Evaluasi kondisi bisnis.
- Cash Flow Canvas: Visualisasi penggunaan arus kas.
- Change Levers: Strategi meningkatkan aliran masuk kas dan mengurangi pengeluaran.
Melalui pendekatan ini, pelaku UMKM menerima panduan yang disesuaikan untuk memperbaiki kesehatan keuangan bisnis mereka.
Business Development Services (BDS) oleh DJP
Di Indonesia, DJP meluncurkan program Business Development Services (BDS), yang wajib diselenggarakan oleh setiap kantor pajak minimal dua kali setahun. Program ini menawarkan pelatihan, konsultasi, dan pendampingan untuk meningkatkan daya saing UMKM.
BDS mencakup berbagai materi, seperti strategi branding, public speaking, hingga pengelolaan bisnis digital. Contohnya, BDS yang diadakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Jatinegara memberikan pelatihan khusus terkait komunikasi efektif dan branding di era digital.
Kesimpulan
Meskipun memiliki kontribusi signifikan terhadap ekonomi, UMKM dihadapkan pada berbagai tantangan yang mengancam kelangsungan usahanya. Oleh karena itu, dukungan pemerintah melalui program seperti Cash Flow Coaching Kit di Australia dan BDS di Indonesia sangat penting untuk memastikan UMKM dapat bertahan dan berkembang.
Dengan inisiatif ini, diharapkan UMKM dapat meningkatkan daya saing, mematuhi kewajiban perpajakan, dan memberikan kontribusi lebih besar terhadap perekonomian negara.
Lebih lanjut di: https://www.pajak.go.id/id/artikel/dukung-kelangsungan-usaha-inisiatif-ato-dan-djp-dalam-mendukung-umkm